trimedianews.com – Jakarta.Pejabat tinggi kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam Israel pada hari Selasa (13/5/2025) seperti di kutip APnews hal tersebut dikarenakan Israel memaksakan kondisi yang tidak manusiawi terhadap warga Palestina, termasuk resiko kelaparan. Ini merupakan salah satu kecaman paling keras dari pejabat tinggi PBB selama konflik yang sedang berlangsung di Gaza.
Tom Fletcher, kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, dalam pengarahan kepada Dewan Keamanan, menyebut situasi ini sebagai “usaha yang suram” sejak Israel mulai memblokir semua bantuan kemanusiaan lebih dari 10 minggu yang lalu. Ia menekankan bahwa dewan harus “bertindak sekarang” untuk “mencegah genosida,” klaim yang dengan tegas dibantah oleh Israel.
Fletcher mengajak para anggota dewan untuk merenungkan warisan tindakan mereka dalam menghadapi kekejaman yang terjadi, mengingat bahwa generasi mendatang akan mempertanyakan keputusan yang diambil saat ini.
Menanggapi pernyataan tersebut, misi Israel di PBB menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima mekanisme kemanusiaan yang dapat mendukung Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris. Sebelumnya, PBB dan organisasi bantuan internasional lainnya terlibat dalam pemindahan bantuan ke daerah kantong tersebut.
Direktur Program Pangan Dunia PBB untuk Gaza, Antoine Renard, mengungkapkan bahwa seperempat penduduk Gaza berisiko mengalami kelaparan, dengan semua makanan yang dibutuhkan tertahan di gudang-gudang di Israel, Mesir, dan Yordania. Gudang WFP di Gaza kosong, dan lembaga tersebut telah mengurangi distribusi makanan dari 1 juta porsi menjadi hanya 250.000 setiap hari.
Renard memperingatkan bahwa, “sebentar lagi, kita akan berbicara tentang fakta bahwa orang-orang bahkan tidak memiliki akses terhadap makanan.” Ia menegaskan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk bertindak.
Peringatan ini muncul setelah para ahli keamanan pangan menyatakan bahwa Gaza kemungkinan akan menghadapi kelaparan jika blokade Israel tidak dicabut. Hampir setengah juta warga Palestina terancam kelaparan, dan banyak lainnya hampir tidak mendapatkan cukup makanan.
Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menilai pemblokiran bantuan oleh Israel sebagai “rekayasa kelaparan” dan bentuk penyiksaan yang tidak manusiawi.
Di tengah situasi ini, proposal dari Yayasan Kemanusiaan Gaza muncul, yang didukung oleh AS, untuk menerapkan sistem distribusi bantuan baru. Namun, PBB dan kelompok-kelompok bantuan menolak langkah tersebut sebagai pengalihan perhatian.
Fletcher menyebutnya sebagai “tontonan sampingan yang sinis” dan akan mengecualikan penyandang disabilitas, wanita, anak-anak, dan orang tua dari bantuan.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Hamas bertanggung jawab atas kondisi kemanusiaan di Gaza, sebuah klaim yang dibantah oleh pejabat bantuan. Renard menegaskan bahwa “geng kriminal,” bukan Hamas, yang telah merampas pasokan makanan dari truk WFP.
Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 52.800 warga Palestina tewas, banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Sementara itu, Israel mengklaim telah menewaskan ribuan militan tanpa memberikan bukti konkret.
Fletcher, setelah mengunjungi sistem medis Gaza, menyatakan bahwa kematian dalam skala ini memiliki dampak yang tak terelakkan, baik secara fisik maupun emosional. “Kematian dalam skala ini memiliki suara dan bau yang tidak dapat Anda tinggalkan,” ujarnya.
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin mendalam, dan perhatian dunia kini tertuju pada langkah-langkah yang akan diambil untuk meringankan penderitaan warga sipil.
(Fhirman)