trimedianews.com – Jakarta.Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, menegaskan dalam sebuah pernyataan video pada hari Minggu (6/7/2025), bahwa kelompok militan tersebut tidak akan meletakkan senjatanya sebelum Israel menarik diri dari semua wilayah Lebanon selatan dan menghentikan serangan udara. Pernyataan ini disampaikan saat ribuan pendukung Hizbullah berkumpul di pinggiran selatan Beirut untuk memperingati hari suci Syiah, Asyura.
Qassem berbicara setelah perang sengit antara Israel dan Hizbullah, yang secara nominal berakhir dengan gencatan senjata yang dimediasi oleh AS pada akhir November. Serangan Israel telah menewaskan banyak pemimpin senior Hizbullah, termasuk Sekretaris Jenderal Hassan Nasrallah, dan menghancurkan sebagian besar persenjataan mereka. Sejak gencatan senjata, Israel terus menduduki lima titik strategis di Lebanon selatan dan melakukan serangan udara harian yang diklaim bertujuan untuk mencegah Hezbollah membangun kembali kemampuannya.
Dilansir dari APnews.com, Naim Qassem mengatakan “Bagaimana mungkin Anda mengharapkan kami untuk tidak bertahan sementara musuh Israel terus beragresi, terus menduduki lima titik, dan terus memasuki wilayah kami dan membunuh?” ungkap Qassem. Ia menegaskan bahwa Hizbullah tidak akan menjadi bagian dari legitimasi pendudukan di Lebanon dan tidak akan menerima normalisasi dengan Israel.
Qassem juga menjelaskan pentingnya persenjataan mereka untuk melawan serangan Israel. Ia menyatakan, “Siapa yang mencegah Israel memasuki desa-desa dan membunuh warga kami jika kami tidak memiliki kemampuan pertahanan?”
Komentar ini muncul menjelang kunjungan yang diharapkan oleh utusan AS, Tom Barrack, ke Beirut untuk membahas rencana yang diusulkan mengenai pencopotan senjata Hizbullah dan penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan.
Namun, pada hari yang sama, laporan dari Badan Berita Nasional Lebanon menyebutkan bahwa militer Israel meluncurkan serangkaian serangan udara di Lebanon selatan dan timur, menghancurkan situs militer Hizbullah.
Kondisi ini menunjukkan ketegangan yang terus meningkat antara Israel dan Hizbullah, dengan banyak pihak internasional dan domestik yang mendesak Hizbullah untuk menyerahkan sisa persenjataannya.
(Fhirman)