PKS Geser Dari Koalisi Lawan Kotak Kosong, Kang AW : Tak Ada Komunikasi, Langgar Konsensus Politik

trimedianews.com – Bogor.Bak pepatah dalam politik, tak ada kawan sejati dan tak ada musuh abadi. Tak diduga, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hengkang dari koalisi lawan kotak kosong. DPD PKS secara diam-diam mengambil langkah politik tanpa sepengetahuan atau lebih tepatnya tidak berkomunikasi terlebih dahulu dengan Partai NasDem.

” Ya saya malah tidak tahu, dapat info dari mana?, Benar atau tidaknya, nanti saya tanyakan langsung ya. Soalnya, saat saya komunikasi dengan Ketua DPD NasDem pun tidak ada cerita soal itu,” ujar Wakil Ketua DPW Partai NasDem Jawa Barat Asep Wahyuwijaya kepada wartawan, Senin (19/08/2024).

Kata Kang AW sapaan akrabnya, partai NasDem tidak ingin gegabah mengambil sikap dan memilih untuk bertabayun, sebagai bentuk fatsun politik dan tata krama politik.”

“ Ya NasDem, Golkar dan PKS sudah melakukan semacam kesepahaman bahwa jika ingin melakukan komunikasi lintas parpol, tentunya harus dikomunikasikan terlebih dahulu di antara kita,” kata Kang AW.

Menurutnya, Partai NasDem dan PKS harus jalan bersama, karena itu merupakan konsensus politik yang secara faktual tentu harus “di-imani” bersama oleh NasDem dan PKS.”

“Sebagaimana, saat NasDem dan PKS silaturrahim ke Golkar, kami melakukan komunikasi terlebih dahulu juga,” jelasnya.

Kang AW menjelaskan, semaksimal mungkin dirinya bersama Partai NasDem ingin menjaga komitmen atas konsensus yang telah disepakati itu dalam koalisi lawan kotak kosong, yakni Partai Golkar, PKS dan Partai NasDem.

“Saya kira sebagai insan politik yang hari ini berada di posisi elit parpol, seluruh ucapan dan tindakan politik kita itu pasti dibaca oleh masyarakat. Menyadari kondisi itu, tentunya kita pun harus menghadirkan wacana dan kerja politik yang setidaknya mendidik dan mencerahkan secara politik untuk publik,” ujar Kang AW.

Kang AW pun memberikan contoh yang sederhana, semisal ada partai politik yang bergeser dari komitmen politik semula, karena urusan transaksinya yang tidak cocok.

“Memangnya mau soal-soal begitu disampaikan ke publik? Pasti nggak kan? Artinya, secara implisit setiap elit parpol pasti memiliki rasa malu dan berupaya menjaga nilai-nilai baiknya meskipun mereka harus berbohong sekalipun,” tutur Kang AW.

Anggota DPR RI terpilih itu pun mempertanyakan, langkah politik yang diambil PKS yang memilih loncat tanpa adanya konfirmasi dengan partai koalisi sebelumnya secara tiba-tiba.

“Silakan saja, kalau memang mereka merasa benar dengan langkahnya, tapi pada akhirnya biar publik yang menilai,” tegas Kang AW.

Kendati demikian, Partai NasDem Kabupaten Bogor menghormati sepenuhnya apa yang dilakukan oleh teman-teman PKS dan tidak ada masalah sama sekali.

“Namun disisi lain, jika hal itu benar terjadi, berarti secara faktual, komitmen-komitmen yang telah dibuat oleh NasDem dan PKS pun tentu dengan sendirinya menjadi batal,” tegasnya.

Sebagai politisi kawakan, Kang AW menganggap hal yang lazim berbagai perbuhan bisa terjadi dalam politik, bahkan harus siap jika berhadapan dengan segala kemungkinan, entah itu kemungkinan terbaik atau pun yang terburuk.

“Publik harus dibiasakan juga untuk memahami jika hal ini lumrah terjadi dalam politik, dengan catatan tentu masalah fatsun atau tata krama dalam berpolitik tetap harus dijaga,” kata Kang AW.

Menyinggung soal koalisi 7 partai mendukung Rudy Susmanto, salah satunya PKS, Kang AW berujar bahwa, dirinya tidak termasuk kategori dalam golongan politisi warung kopi yang baru kumpul-kumpul sedikit saja tiba-tiba langsung membuat koalisi.

“Dan saya juga bukan penyukai sandiwara ala drama korea macam begitu. Warung kopi sebagai tempat diskusi amat bagus, tapi membuat koalisi itu perlu formalisasi bukan hanya foto-foto atau membuat konsensus strategis yang sekonyong-konyong,” sindir Kang AW.

Dan jika ke tujuh partai tersebut benar berkoalisi mendukung Rudy Susmanto dalam Pilkada Kabupaten Bogor 2024 melawan koalisi Partai Golkar dan Partai NasDem, menurut Kang AW tentunya itu menjadi pertempuran yang menarik.

“Kalau diibaratkan seperti Thalut dan Daud yang berhadapan dengan Jalut. Seru saat membayangkan Jalut yang terkapar oleh bandring dan batu kerikil,” pungkas Kang AW.




(Dody)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *