trimedianews.com – Jakarta.Pernyataan yang dikeluarkan oleh Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB pada tanggal 12 Juli 2025, yang menyebut bahwa empat orang yang kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah pelajar dan bukan anggota TPNPB, dinilai sebagai bentuk distorsi fakta dan pengaburan realitas di lapangan.
Keempat mantan anggota OPM tersebut, yakni Eden Tabuni, Eranus Tabuni, Yopi Tabuni, dan Kilitus Murib, secara sadar dan sukarela melakukan ikrar kembali ke NKRI. Proses tersebut disaksikan oleh aparat, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan pemerintah setempat. Pernyataan resmi yang mereka ucapkan, menurut laporan, bukan hasil paksaan atau rekayasa, melainkan berdasarkan kesadaran pribadi setelah menyadari bahwa perjuangan bersenjata OPM hanya membawa penderitaan dan tidak menjanjikan masa depan.
Meskipun benar bahwa mereka sebelumnya adalah pelajar, fakta di lapangan menunjukkan bahwa keempatnya telah direkrut dan bergabung secara aktif dalam kelompok bersenjata OPM. Mereka memilih kembali ke NKRI setelah mengalami konflik internal dan perpecahan dalam tubuh OPM, serta ketakutan akan ancaman pembunuhan dari sesama anggota OPM yang menganggap mereka tidak loyal. Ini menegaskan bahwa OPM mengeksploitasi anak remaja untuk kepentingan aksi kekerasan, suatu tindakan yang merupakan pelanggaran terhadap hak anak dan hukum humaniter internasional.
“Status ‘pelajar’ tidak serta merta menghilangkan keterlibatan mereka dalam aktivitas kelompok bersenjata,” ungkap seorang sumber. Banyak dokumentasi di lapangan menunjukkan bahwa TPNPB-OPM sering merekrut anak-anak dan remaja sebagai kurir, penjaga pos, mata-mata, bahkan pelaksana operasi bersenjata. Oleh karena itu, sangat keliru jika hanya karena mereka tercatat di sekolah, lalu dianggap tidak pernah terlibat.
Selain itu, narasi TPNPB-OPM yang menyatakan bahwa mereka tidak mengenal keempat nama tersebut dalam struktur organisasi mereka dianggap sebagai siasat untuk menghindari malu. Banyak mantan anggota OPM yang memilih kembali ke NKRI karena kecewa dengan janji kosong dan kekejaman internal kelompok.
Kapuspen TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi menegaskan, “Kembalinya empat pemuda tersebut adalah harapan baru bagi perdamaian Papua. Langkah mereka adalah simbol bahwa masih ada harapan perubahan dari dalam masyarakat sendiri, termasuk dari mereka yang sempat tersesat di jalan yang salah.”
Segala upaya yang dilakukan TPNPB-OPM untuk menutupi fakta ini dianggap sebagai bentuk kepanikan, mengingat semakin banyak anggotanya yang menyadari bahwa kekerasan tidak membawa hasil. Kembalinya empat pemuda tersebut bukan sekadar simbol, tetapi juga bukti bahwa rakyat Papua semakin jenuh dengan perang dan ingin hidup damai dalam bingkai NKRI.
Sumber: Puspen TNI
(Fhirman)