Kepemimpinan yang Berbasis Keadilan, Meneladani Teladan Sejarah

Bila kita lihat dalam Al Qur’an surat Al Hajj ayat 41, dapat dijelaskan ciri ciri penguasa yang baik yaitu, Orang-orang yang jika kami kukuhkan kedudukan mereka di muka bumi, mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, dan kepada Allah lah kembali segala urusan ( QS. Al Hajj.41).

Dari ayat ini diantara ciri ciri penguasa yang baik itu “Menunaikan Sholat” baguskan hubungan dengn Allah, sedangkan “menunaikan zakat” adalah lambang perhatian yang ditunjukan kepada masyarakat lemah. ” Amar ma’ruf” melambangkan penguasa harus berbuat dan memerintahkan kebaikan.”Nahi Munkar” itu melambangkan penguasa harus dapat mencegah dan melawan kemungkaran dan penyimpangan.

Ibnu Rusyd seorang filosof besar muslim mengatakan bahwa ciri-ciri kekuasaan yang egois itu :

1. Pemimpinnya Zalim.

2. Memonopoli kebenaran dan keburukan.

3.Mencari cari pembenaran untuk membela penyimpangannya.

Kekuasaan yang egois itu, manakala ada pemimpin yang dibangga-banggakan oleh suatu kelompok tertentu yang mereka sendiri sadar bahwa tindakan pemimpinnya tidak sesuai dengan apa yg mereka cita citakan, dan mereka sadar tindakan pemimpinnya itu salah, tetapi karena adanya kepentingan untuk mendapatkan sesuatu, maka mereka selalu membela meskipun tindakan pemimpinnya itu menyimpang ( Ibnu Rusyd. Filosof Muslim)

Sebagai penutup Imam Ghazali dalam kitabnya Tibrul Masbuq fi Nasihatil Mulk, bahwa seorang pemimpin itu dalam membangun kepemimpinannya harus :

1 Kepemimpinan yang berbasis keadilan.

2.Kepemimpinan yang berbasis kebenaran.

3. Kepemimpinan yang berbasis kejujuran.

4. Kepemimpinan yang berbasis kecerdasan intelektualitas, bukan sentimenitas.

(Wallahualam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *