Disusun ulang oleh : H.Munarman, S.H (Pengacara, Aktivis Islam dan HAM)
trimedianews.com – Jakarta.Kata demokrasi sudah menjadi rapalan dan aji-aji utk menyihir banyak umat manusia. Yang disihir adalah kesadaran dan alam pikiran. Ketika pikiran dan alam bawah sadar atau kesadaran sudah kena sihir, maka memang sulit lepas dari mantra mantra demokrasi.
Manusia yang tersihir dengan demokrasi akan mengajukan argumen paling dasar setidaknya pada dua hal :
1. Dengan mengamalkan demokrasi maka kedaulatan rakyat atau suara rakyat untuk menentukan pemimpinnya sendiri akan tercapai. Ini yang sangat memuaskan dan membuat orgasme psikologi dari pengangum demokrasi. Tanpa peduli pada fakta bahwa dibalik panggung, para pemilik modal dan segelintir elit telah mendesign dan “memilihkan” terlebih dahulu calon yang nantinya akan dipilih rakyat. Jadi sesungguhnya, para calon, disemua proses pemilihan dalam sistem demokrasi, telah di approve terlebih dahulu oleh para deep state yang sesungguhnya menguasai dan memperalat negara. Tapi para pengusung demokrasi, tidak mau tahu, bahwa ada seolah hanya diluar demokrasi, calon pemimpin dikreasi oleh segelintir elit. Padahal urusan memilih pemimpin adalah sama sama dikreasi oleh elit. Hanya dalam demokrasi, karna azasnya adalah liberalisme, maka yang bisa membeli dan menguasai opini melalui instrumen mind control lah yang akan memenangkan pertarungan alias para pemilik modallah yang akan menjadi pemenang sesungguhnya. Jadi asumsi bahwa rakyat menjadi pemegang kedaulatan dengan menentukan melalui pemilihan adalah asumsi yang masih bersifat abstrak.
2. Argumen kedua yang paling banyak ditemukan pada pecinta demokrasi adalah, melalui demokrasi kemakmuran ekonomi akan cepat tercapai, karena bila ada ketimpangan maka rakyat dapat menyuarakan dan memprotes ketimpangan tersebut. Ini juga argumen yang bersifat involusi. Sebab kemakmuran negara-negara yang menganut demokrasi, kalau diperiksa lebih dalam, bukan karena mereka menerapkan demokrasi, tapi dikarenakan negara-negara tersebut melakukan praktek kolonialisme dan eksploitasi terhadap wilayah jajahan. Ambil contoh, Amerika ekonominya maju, karena merampas tanah bangsa Indian, negara negara Eropa ekonominya maju, karena menjajah dan merampok kekayaan dari wilayah lain, termasuk Belanda menjajah dan membangun sistem ekonomi yang mengeksploitasi kerajaan dan kesultanan nusantara. Singapore makmur secara ekonomi, karena mengeksploitasi ekonomi negara kawasan Asia Tenggara. Semua pusat bisnis dan ekpor impor melalui Singapore dan justru di dalam negerinya, Singpore tidak mempraktekkan demokrasi. Jadi argumen yang menyatakan secara umum (tidak boleh mengkhususkan pada satu dua contoh negara, kata pecinta demokrasi) bahwa demokrasi membawa kemakmuran ekonomi adalah argumen yang juga bersifat abstrak.
Begitulah sihir demokrasi itu bekerja pada level neocortex, bukan pada level realitas kehidupan.
Para pecinta dan pengagum demokrasi membacakan rapalan dan aji aji tentang demokrasi sebagai instrumen pengendalian pikiran. Alam pikiran dan kesadaran tentang realitas kehidupan tidak lagi menjadi pokok bahasan. Padahal baik demokrasi kuno di Yunani maupun demokrasi modern saat ini sama sama membuat kehancuran bagi peradaban manusia. Demokrasi kuno Yunani ditolak justru oleh Socrates, Plato dan Aristoteles karena demokrasi telah membuat kemerosotan dalam peradaban Yunani kuno.
Demikian juga demokrasi modern, yang diperintahkan oleh negara pelaku Kolonialisme, telah menghancurkan banyak negara. Dalam rangka menyebarkan demokrasi, Amerika telah menghancurkan Afghanistan, Irak dan banyak negara lainnya. Dan terus menyebabkan ketimpangan ekonomi antar negara pengajar demokrasi dengan negara yang diajari demokrasi, maupun ketimpangan dan kontradiksi internal di dalam negara murid demokrasi.
Sihir demokrasi sama persis seperti sihir para tukang sihir disekililing Fir’aun. Aji-aji dan rapalan para penyihir demokrasi di sekeliling Fir’aun telah membuat dirinya merasa menjadi Tuhan, sehingga hilang kesadaran tentang dirinya adalah mahluk dan hamba.
Masih mau tersihir demokrasi ?
Keluar dulu, lepaskan dulu dari sihir demokrasi, maka akal pikiran yang diberikan Allah akan dapat kita gunakan secara maksimal dalam menyusun sistem kehidupan di dunia fana yang sementara ini
(Fhirman)